Semarang, UNWAHAS – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Tengah, bekerjasma dengan Centre for Religous Moderation Studies (CRMS) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Wahid Hasyim dan Yayasan Pemberdayaan Komunitas (YPK) Elsa Semarang selenggarakan seminar kebangsaan dengan tema: “Pemanfaatan Ketahanan Ekonomi, Sosial dan Budaya Bagi Masyarakatat” di Auditorium Kampus I Universitas Wahid Hasyim Semarang, Sabtu (29/07/24) Pagi.
Peserta seminar dihadiri sekitar 40 dari berbagai organisasi masyarakat, mahasiswa, dan peserta dari Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah.
Rektor Unwahas, Prof. Dr. KH. Mudzakkir Ali, MA, menyatakan, kampus Unwahas merupakan kampus NU yang selalu menggaungkan Keaswajaan, serta ciri kampus unwahas adalah kajian islam nusantara.
Selanjutnya, Khaerudin, Kepala Badan Kesbangpol Jateng, menyatakan bahwa pihaknya tidak bisa berdiri sendiri dalam mengawal kerukunan sebagaimana tugas kami di pemerintahan.
Dalam prose seminar yang dimoderatori Ubbadul Adzkiya, melalu pembukaan diskusi mengenalkan profil pembicara Iman Fadhilah (Dekan FAI Unwahas), Tedi Kholiludin Direktur Elsa Semarang, Siti Rofiah (Akademisi UIN Walisongo), dan Fakhrudin Aziz (Ketua ISNU Provinsi Jateng)
Dekan FAI Unwahas, Iman Fadhilah, mengatakan, bahwa agama seperti dua sisi. Wajah agama sebagai spirit cinta damai, kerukunan, dan kemanusiaan. Ada satu sisi agama menjadi sebagai alat konflik, teror, dan jihad kekerasan.
“Agama sebagai spirit penyelesaikan konflik, ada juga agama sebagai konflik itu sendiri, teori ini sudah dibahas oleh Lewis L. Coser, Galtung, dan lainnya,” Jelasnya.
Tedi Kholiludin, Direktur YPK Elsa Semarang, bahwa indeks demokrasi di Indonesia turun berdasarkan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). Proyeksi demokrasi yang dibuat oleh pemerintah turun dari tahun sebelumnya.
“Setiap tahun kami di elsa mengeluarkan annual report konflik keagamaan di Jawa Tengah. Kami membuat laporan tahunan situasi keagamaan di Jateng, 2022 Jateng peringkat ke atas lumayan, nah 2023 turun ” terang Direktur CRMS Unwahas.
Ia melanjutkan, bahwa yang menyebabkan turunya IDI di Jateng adalah dugaan terampasnya hak-hak keagamaan, penolakan rumah ibadah di Surakarta, Penolakan kegiatan Jamaah Ahmadiyah di Boyolali, dan lainnya.
Kemudian, Fakhrudin Aziz, Ketua ISNU Jateng, mengatakan bahwa agama bisa menjadi fiil, fail, maful, atau masdar. Karena agama sebagai toriqotu tadayun. Bicara agama adalah memahami dan melihat the other (orang lain), dan agama dapat difungsikan sesuai dengan posisinya masing-masing.
“Cara beragama dipengaruhi oleh faktor, faktor ekonomi dan faktor geografi. Misalnya di Jepara ada desa yang silent mayoriti. Kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi maka sudah diam,” Jelasnya.
Kemudian, pembicara trakhir, Siti Rofiah, menyampiakan bahwa, bagimana dampak yang terjadi konflik kekerasan dan keagamaan pada perempuan. Ia mencontohkan terjadinya kekerasan perempuan di Gaza harus mengkonsumsi obat penunda haid, cukup air, pembalut, dan sebagainya, laki-laki dalam situasi ini tidak mengalaminya.
“Pengalaman biologis perempuan yang dialami oleh laki-laki dengan perempuan, ini sudah tantangan sendiri bagi perempuan, apalagi dalam menghadapi situasi konflik. Serta perempuan menjadi korban konflik yang berlapis-lapir, begitupun perempuan sebagai korban aksi ekstrimisme dan terorisme,” jelasnya.
Kontributor: Mas Jae