Jalin Kerjasama, UNWAHAS Taken MoU dengan UKSW Salatiga

Semarak Dies Natalis Wahid Hasyim Ke 22, Penandatanganan Kerjasama dan Dialog Publik yang bertemakan, ” Mengarusutamakan Moderasi Beragama di Lingkungan Perguruan Tinggi Umum”.

Acara tersebut diawali oleh sambutan yang dimpimpin oleh Dr. Iman Fadhilah, selaku dekan Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim, ia menyatakan ucapkan trimakasih atas kehadiran dari berbagai pihak.

Acara tersebut merupakan rangkaian dies natalis, yang diantaranya donor darah, khitan masal, dan lain sebagainya.
Inti dari acara tersebut adalah jalin kerjasama yang dilakukan oleh
Centre for Religous Moderation Studies (CRMS) Fakultas Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Kerjasama dengan Pustat Studi Agama, Pluralisme dan Demokrasi (PusAPDem) Universitas Kristen Satya Wacana.

Izak Y.M Lattu, selaku Direktur PusAPDem menyaampaikan melalui kutipan dari Lukman Hakim Saefudin, bahwa,”
Moderasi beragama itu artinya moderat lawan dari ekstrem, kita tidak ingin di republik tercinta ini ada paham apalagi pengalaman agama yang ekstrem dan berlebihan, ” Jelas Izak, 3/8/2022.

Peserta antusias dalam mengikuti kegiatan

Izak menyatakan kerjasama tersebut menjadi penting bahwa moderasi harus dikembangkan seperti CRMS dan PusAPDem.
“Kita sudah memututuskan dasar negara kita sudah pancasila, bukan nilai dasar agama dan ras tertentu, jadi dari dulu kita sudah ada sejak pendiri negara merumuskan, jadi sudah moderat sejak zaman dulu,” Jelas Caken sapaan akrabnya. Ia menyatakan moderasi beragama tidak hanya goverment policy tetapi juga harus ada dukungan civil society, jika hanya tekanan dari pemerintah, maka tidak jauh halhanya seperti P4 zaman dulu.

Ia mengakhiri pembicaraan dengan statemen tentang moderasi beragama, Ia menyatakan bahwa beralasi dengan orang lain itu bukan karena ketakutan, dan bukan juga terhegemoni, tetapi juga harus mengembangkan recognisi. Supaya menjadi bangsa yang setara.

Dr. Tedi Kholiludin, selaku Direktur CRMS, menyatakan bahwa kerjasama ini ada harapan dan cita-cita untuk jangka panjang untuk mewujudkna mimpi. “Ada mimpi kedepan program bersama semangatnya CRMS di UGM, suksesi ini penting dan sangat terbuka kedua kampus, ” Jelas Tedi.

Karena salah satu mengembangkan moderasi beragama dilakukan kerjasama-kerjasama untuk memperkuat literatur ilmiah di kampus-kampus.
Dalam pemetaan kehidupan beragama di Indonesia, satu poin yang akan mengembangkan pada isu moderasi beragama, di era post truth akan dimenangkan oleh punya followers yang lebih banyak.

Bagaimana kuat dan tidaknya struktur militansi keagamaan akan dilihat dari kelompok militan itu berkembang yang dimana wilayah struktur kegamaan lokalnya lemah.

Ia mencontohkan, Jawa Timur yang struktur keagamaan lokalnya kuat, kelompok militan sangat lemah. Berbanding dengan Jawa Barat, yang struktur keagamaan lokalnya lemah, maka kelompok miliat sangat kuat.

Pembicara trakhir Shayesta Azimi, mahasiswa Unwahas asal Afghanistan, ia menyampaikan keperihatinan kehidupan masyarakat di Afghanistan yang selalu dikaitkan perempuan dengan agama.

Prempuan Afghanistan dilarang ke sekolah, bekerja, dan keluar tanpa izin mahramnya. Selalu saja diharamkan. Ia merasa bersyukur hudup di Indonesia yang beragama secara harmonis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *